Disaat pembangunan KalimantanTimur yang terus melaju, provinsi kaya ini ternyata melupakan upaya pelestarian Lumba-lumba air tawar yang disebut Pesut (Orcaella brevirostris). Satwa yang menjadi simbol identitas dan kebanggaan Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) ini populasinya kini hanya tersisa sekitar 50 ekor!
Peneliti Belanda dari Yayasan Rare Aquatic Species of Indonesia (RASI) Danielle Kreb, mengatakan dari tahun 1999 hingga tahun 2003 terdapat 59 pesut Mahakam, termasuk yang ditemukan mati kemudian, padahal tahun 1975 jumlahnya diperkirakan 1.000 ekor.
Daniella Kreb, memperkirakan bahwa populasi mamalia itu kini terus menurun. Asumsi itu berdasarkan pola kemunculannya. Apabila sampai kini belum ada tindakan nyata untuk menyelamatkan Sungai Mahakam dari pencemaran, termasuk mengatasi pendangkalan sungai, maka diperkirakan jumlah populasi satwa itu tidak mencapai 50-an ekor.
Pesut adalah satu dari banyak hewan khas Provinsi Kalimantan Timur. Bentuknya mirip dengan lumba-lumba air laut. Hanya saja kepala pesut berbentuk bulat dan bermata kecil serta moncong yang sedikit pendek. Warna kulitnya keabu-abuan tanpa ada pola yang khas. Warga sekitar menamakannya pesut mahakam.
Oleh masyarakat Kutai, ikan yang menyembur-nyemburkan air itu dinamakan ikan Pasut. Sementara masyarakat di pedalaman Mahakam menamakannya ikan Bawoi. Di kabupaten Tana Tidung masyarakat setempat menyebutnya Lamut.
Tahun lalu, hewan ini dijadikan salah satu maskot dalam Pekan Olahraga Nasional XVII 2008, mendampingi Burung Enggang dan Orangutan.
Pesut telah dimasukkan ke dalam daftar appendix II CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora). Selama ini pesut Mahakam juga ditemukan tidak hanya di Sungai Mahakam (sepanjang sekitar 980 kilometer), namun juga Danau Jempang, Danau Semayang, dan Danau Melintang di Kalimantan Timur.
Di dunia, hewan itu hanya bisa ditemui di tiga sungai. Yaitu Sungai Mahakam (Kalimantan Timur), Sungai Mekong (yang membentang dari China, Laos, Kamboja dan Vietnam) dan Sungai Irawady (Myanmar). Sayangnya, keberadaan pesut di Sungai Mahakam saat ini telah diambang punah.
Seekor pesut betina hanya melahirkan satu ekor anak dengan masa hamil 14 bulan dan masa menyusui dua tahun. Sementara umur pesut relatif pendek, hanya sekitar 30 tahun. Pesut dewasa rata-rata memiliki berat 90-200 kilogram dengan panjang antara 2-2,75 meter. Pesut lebih gemuk dibandingkan dengan lumba-lumba di laut karena pergerakannya yang terbatas.
Pesut dewasa dalam satu bulan diperkirakan bisa melahap dua ton ikan dan udang. Asumsinya, apabila populasinya 50 ekor maka setidaknya dalam sebulan konsumsinya adalah 100 ton ikan dan udang. Satwa itu biasanya menampakan diri sejak matahari terbit sampai pukul 08:00 dan antara pukul 16:00 sampai magrib. Biasanya berenang dalam formasi ganjil, tiga, lima atau tujuh bergerombol.
Ada banyak pihak mengusulkan dibentuknya daerah konservasi bagi pesut mahakam. Usul itu ditujukan kepada Pemerintah Daerah (Pemda) setempat. Menurutnya pesut adalah hewan khas Indonesia yang wajib dilestarikan. Saat ini, anak-anak yang tinggal di tepi Sungai Mahakam nyaris tak pernah melihat pesut.
Legenda asal muasal Pesut Mahakam sampai kini masih dipercaya masyarakat lokal yang menggantungkan hidup menjadi nelayan tradisional di sungai-sungai besar di Kalimantan Timur, namun tidak lagi mampu menyelamatkan satwa langka itu dari ancaman kepunahan. Penyebabnya adalah perubahan kualitas air sungai akibat tingginya tingkat pencemaran sungai akibat industri perkayuan dan batu bara di sepanjang Sungai Mahakam (Kalimantan Timur). Sibuknya lalu-lintas sungai dengan hilir-mudiknya baik kapal-kapal besar maupun perahu kecil bermotor yang suaranya sangat memekakan telinga, jadi ancaman serius lainnya. Kehidupan manusia yang bertambah ramai memanfaatkan sungai sebagai urat nadi transportasi telah “merampas” habitat Pesut Mahakam. Bahkan tidak sedikit diantara pesut-pesut tersebut terkena baling-baling kapal.
Pesut Mahakam juga kini harus berjuang dalam mendapatkan makanan. Betapa tidak, banyak nelayan tradisional yang dulunya hanya mengandalkan mata kail atau jaring, kini menggunakan cara-cara tidak ramah lingkungan, seperti menebarkan racun tuba.
Pesut Mahakam juga kini harus berjuang dalam mendapatkan makanan. Betapa tidak, banyak nelayan tradisional yang dulunya hanya mengandalkan mata kail atau jaring, kini menggunakan cara-cara tidak ramah lingkungan, seperti menebarkan racun tuba.
Hal yang sedikit menggembirakan adalah ditemukannya habitat pesut di Sungai Sesayap, Kabupaten Tanah Tidung untuk pertama kalinya. Begitu juga di Teluk Balikpapan, walaupun bukan jenis lumba-lumba air tawar (karena hidup di air payau/asin dan sedikit berbeda dengan pesut air tawar), merupakan kabar yang patut dicermati.
Kepala Balai TNKM, IGNN Sutedja, yang memimpin survei tersebut, menyatakan timnya berhasil merekam tujuh ekor pesut dalam bentuk foto maupun video antara tanggal 10-12 Januari 2008. Pada survei sebelumnya yang dilakukan Agustus 2007 di lokasi yang sama bahkan terlihat 11 ekor. Bagi masyarakat Tidung sudah mengenal pesut sebagai legenda. Lamud adalah manusia yang menjadi ikan. Konon, orang tersebut diperintahakn rajanya untuk mencari cincin kesayangan yang jatuh ke dasar sungai. Cerita rakyat tersebut membuat lamud dikeramatkan masyarakat Tidung yang hidup di pinggir sungai Sesayap. Hal ini secara tak langsung ikut melestarikan keberadaannya. Sejak ratusan tahun lalu sampai kini legenda itu terus hidup, sehingga nelayan yang secara tidak sengaja menjaring Pesut Mahakam bergegas untuk melepaskannya karena takut terkena celaka atau tulah. Atau sebaliknya, siapa yang melihat penampakan pesut berenang bermain-main ke permukaan air, maka diyakini orang tersebut akan memperoleh keberuntungan.
Jika penyelamatan tidak segara dilakukan oleh pemeintah daerah dan pemerintah pusat, kepunahan pesut hanya tinggal menunggu waktu saja. Generasi mendatang hanya bisa mengetahui keberadaan pesut mahakam dari cerita atau gambar saja. Atau mereka hanya menyaksikan patung-patung pesut di Kota Samarinda, yang sebagian besar juga tidak terawat.
Jika penyelamatan tidak segara dilakukan oleh pemeintah daerah dan pemerintah pusat, kepunahan pesut hanya tinggal menunggu waktu saja. Generasi mendatang hanya bisa mengetahui keberadaan pesut mahakam dari cerita atau gambar saja. Atau mereka hanya menyaksikan patung-patung pesut di Kota Samarinda, yang sebagian besar juga tidak terawat.
Dolphin air tawar ini kembali ditemukan mati di Danau Semayang Desa Pela, Kota Bangun, Kutai Kartanegara. Minggu (1/11) akibat ditabrak kapal motor
Warga sedang melakukan penyelamatan Pesut Mahakam (2003)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar