Dikisahkan Arjuna diminta oleh para dewa untuk menghentikan keganasan raksasa yang mengobrak-abrik kahyangan untuk meminta Dewi Supraba sebagai istrinya. Arjuna berhasil menjalankan tugas tersebut, dan ia pun dihadiahi tujuh bidadari. Salah satu dari tujuh bidadari tersebut adalah Dewi Dresanala. Masalah timbul ketika Dewa Srani , putera Bethari Durga juga menginginkan Dewi Dresanala. Namun, Dresanala dan Dewasrani sudah terlanjur mengandung bibit benih Arjuna, dan Arjuna pun sepertinya memang menyayangi Dewi Dresanala. Ia sering ke kahyangan untuk menyambangi Dresanala.
Dewa Srani pun mengadu kepada ibunya, Bethari Durga. Bethari Durga pun bersedia membantu puteranya terebut untuk mendapatkan Dresanala dan menyingkirkan Arjuna. Menghadaplah keduanya kepada Bathara Guru , rajanya para dewa di paseban Agung.
Di Paseban Agung hadir dewa-dewa, Bathara Narada (patih dewa), Bathara Penyarikan, Bathara Indra, Bathara Kamajaya dan tentu saja Bathara Guru. Saat itu lah Dewa Srani mengutarakan maksudnya yaitu untuk menikahi Dewi Dresanala, yang didukung oleh Bathari Durga.
Bathara Guru pun termakan omongan Bethari Durga dan Dewa Srani, sang raja dewa pun mengeluarkan titah untuk mengusir Arjuna dan menggugurkan semua kandungan bidadari yang berasal dari benih Arjuna, serta mengawinkan Dresanala dengan Dewa Srani.
Bathara Narada dan Kamajaya tidak setuju dan berusaha mencegah apa yang telah diputuskan Bathara Guru. Namun Bathara Guru justru marah dan melepas pangkat dan kedudukan Bathara Narada sebagai dewa dan patihnya. Bathara Narada pun marah dan turun ke bumi bersama Kamajaya. Sementara itu pasukan dewa di bawah pimpinan Bathara Penyarikan dan Bathara Indra segera di utus untuk menjalankan perintah yaitu menggugurkan semua kandungan bidadari dan mengusir Arjuna dari kahyangan.
Pasukan dewa utusan Bathara Guru sampai di kediaman Dewi Dresanala. Dijumpainya pula Arjuna disana yang memang sedang mengunjungi Dewi Dresanala. Arjuna diusir dengan kasar kembali ke dunia. Dewi Dresanala pun dipaksa untuk ikut ke kediaman Dewa Srani, karena saking sedihnya, Dewi Dresanala berteriak nyaring, dan lahirlah jabang bayi dari perutnya. Dan memang itu yang diinginkan ole h para dewa, mereka tidak perlu susah-susah untuk mengeluarkan bayi dalam kandungan Dewi Dresanala secara paksa.
Bayi yang lahir dari rahim Dresanala tersebut langsung dipukuli oleh pasukan dewa utusan Bathara Guru. Namun anehnya, bayi terebut tidak mati tetapi semakin dipukul bayi terebut semakin besar. Bathara Indra dan Batara Penyarikan pun bingung, hingga ia mengeluarkan pusaka dan dihantamkannya pusaka tersebut ke bayi Dresanala yang sudah merangkak. Namun bayi itu kemudian justru berubah menjadi anak kecil yang sudah bisa berjalan. Karena kehilangan akal sehatnya, bayi itu dimasukkan ke dalam kawah candradimuka.
Sementara Arjuna yang sudah kembali ke dunia melapor kepada Semar kejadian yang ada di kahyangan hingga ia turun ke bumi. Ditambah lagi, pasukan baju barat dari sentra gandamayit kediaman Dewi Durga sempat menghambat langkah Arjuna. Semar pun naik darah dan pergi ke kahyangan untuk melihat sebenarnya apa yang terjadi.
Setelah melihat kejadian yang sebenarnya, Semar geram dan tidak sabar untuk menampar para dewa yang tidak memiliki rasa kasihan itu. Semar pun kemudian turun dan berdiri di samping kawah Candradimuka, tiba-tiba keluarlah seorang anak muda dari dalam kawah dengan tubuh berwarna merah api. Pemuda tersebut kemudian menghampiri Semar dan bertanya siapa dirinya dan siapa ayah ibunya.
Semar pun kemudian memberi nama Wisanggeni kepada pemuda tersebut, setelah diberi nama Wisanggeni, pemuda terebut menjadi sehat , segar dan penuh dengan kekuatan. Ia pun berterimakasih kepada Semar .
Semar kemudian berkata, “ Jika kau ingin tahu siapa ayah ibumu, tanyalah kepada pasukan dewa itu?”.
Wisanggeni pun bertanya, “Bagaimana jika tidak dijawab?”.
“Pukuli saja mereka, jia tidak dijawab”, Jawab Semar.
Wisanggeni pun menuruti perintah Semar, dihadangnya pasukan dewa dan bertanyalah ia siapa ayah dan ibunya. Seperti dugaan Semar semula, dewa-dewa tersebut tidak tahu siapa ayah dan ibu dari Wisanggeni. Wisanggeni pun kemudian mengamuk dan menghajar pasukan dewa sampai kocar-kacir, dan lari menghadap ke Bathara Guru. Wisanggeni mengikuti pasukan dewa ke hadapan Bathara Guru yang diiringi Semar dari jauh.
Mendengar laporan dari para dewa, Bathara Guru marah. Semar pun meminta Wisanggeni agar melakukan hal yang sama pada Bathara Guru. Wisanggeni kemudian bertanya siapa ayah dan ibunya kepada Bathara Guru. Namun Bathara Guru pun juga tidak tahu siapa ayah dan ibunya dari anak ini, maka bertandinglah Wisanggeni dengan Bathara Guru. Bathara Guru kalah dan melarikan diri ke dunia.
Wisanggeni mengikuti Bathara Guru yang lari ke dunia. Bathara Guru menemui Arjuna yang sedang bersedih bersama Werkudara. Ada pula dua orang yang membimbing Arjuna. Bathara Guru datang untuk meminta bantuan Arjuna untuk menghadapi anak setan yang telah mengacak-acak kahyangan. Meskipun ia sedang sedih karena perlakuan buruk dari para dewa, Arjuna pun siap maju menghadapi pengacau kahyangan tersebut. Namun kakaknya, Werkudara mencegahnya dan maju terlebih dahulu.
Melihat ada ksatria yang tinggi besar, Wisanggeni bertanya kepada Semar, siapa ksatria tersebut. Semar menjawab bahwa ia adalah Werkudara. Wisanggeni pun sudah siap untuk menghajar Werkudara, namun dilarang oleh Semar dan menyurh Wisanggeni untuk menghantam Kuku Pancanaka Werkudara yang merupakan titik kelemahannya. Tidak salah lagi, setelah terjadi perkelahian, Werkudara pun akhirnya mundur ketika Wisanggeni menghantam kukunya.
Akhirnya Aejuna pun maju, namun sebelum terjadi perkelahian diantara ayah dan anak ini, Wisanggeni sempat bertanya kepada Semar, siapa ksatria kedua yang hendak dihadapinya tersebut. “ Siapa ksatria kedua yang hendak kuhadapi ini?”
“Dia ayahmu..jangan melawannya” , Jawab Semar
Wisanggeni pun bertarung tanpa kekuatan, dia hampir dihunud keris Arjuna, namun kemudian dihalang-halangi Semar. Semar berkata, “ Lebih baik bunuh saya saja, karena dia ini anakmu”. Kedua nya pun saling berpelukan sambil menangis.
Sementara itu, Werkudara ngamuk setelah tahu bahwa Bathara Guru yang salah. Dan dua orang pertapa pembimbing Arjuna tersebut berubah menjadi Bathara Narada dan Kamajaya setelah tidak kuat berhadapan dengan Semar. Bathara Guru pun mita maaf pada Semar, Bathara Narada, Arjuna dan Wisanggeni. Bathara Guru pun berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya lagi.
Setelah itu, Wisanggeni pergi ke kediaman Dewa Srani untuk melabraknya. Dewa Srani dipukuli oleh Wisanggeni dan mengajak Dewi Dresanala pulang. Semantara Semar berhadapan dengan Bathar Durga, Bathari Durga tidak kuasa melawan Semar .