Gempa menjelang magrib tanggal 4 Juni 2012 yang terjadi diselatan
Jawa yang menggetarkan Sukabumi hingga Jakarta bersamaan dengan gerhana
bulan sebagian. Tentunya spekulasi menghubungkan gempa dengan gerhana
menjadi perbincangan lagi. Diskusi dan perdebatan ini telah menjadi
subyek perdebatan yang hebat selama bertahun-tahun.
Sebagian besar bukti menunjukkan bahwa gempa bumi disebabkan oleh
perubahan stres akibat deformasi karena gerakan lempeng litosfer bumi.
Pada saat gerhana, pasang laut memiliki tingkat kenaikan pasang-surut
yang optimum, karena posisi bulan matahari dan bumi yang segaris. ini
yang akan mempengaruhi gaya-gaya yang berlaku pada batuan (kerak).
Namun, tarikan gravitasi bulan dan matahari diperkirakan tidak
menimbulkan deformasi elastis dari bumi yang solid mirip dengan pasang
surut laut. Jenis deformasi memang reversibel (dapat diulang, karena
sifat elastisitas mirip seperti karet). Setelah gaya tidak lagi
diterapkan, objek kembali ke bentuk aslinya. Pasang surut Bumi juga
memiliki baik (14 hari) diurnal (12-jam) dan dua mingguan periode.
Selain itu, pasang surut laut yang seolah-olah telah melakukan
bongkar muat diatas kerak bumi sebagai perubahan tinggi permukaan laut.
Namun diperkirakan tekanan akibat pasang surut Bumi hanya ~ 4 kPa,
trerlalu kecil bila dibandingkan dari gaya akibat gerakan lempeng
tektonik.
Gagasan bahwa pasang surut bumi dapat mempengaruhi aktivitas gempa
bumi telah ada selama lebih dari 100 tahun, tetapi meskipun ini hubungan
antara peningkatan aktivitas gempa bumi dan pasang surut maksimum belum
jelas ditunjukkan.
Adakah korelasi antara pasang surut Bumi dan terjadinya gempa?
Beberapa penelitian melaporkan tidak ada korelasi antara gelombang
bumi dan terjadinya gempa bumi, misalnya Kennedy et al, 2004..
Penelitian lain melaporkan korelasi positif kecil, misalnya Kasahara, 2002.
Gempa bumi terjadi ketika stres pada patahan melebihi ambang batas
kritis untuk pecah sebuah patahan Hal ini juga diketahui bahwa penerapan
stres tambahan ke sistem sesar yang dekat dengan kegagalan dapat
memulai pecah dan menghasilkan gempa (jerami yang mematahkan punggung
unta).
Ada kemungkinan bahwa pengangkatan akibat pasang surut bumi dapat
mengurangi tekanan normal yang mempengaruhi patahan secara bersamaan.
Beberapa penelitian terbaru oleh Metivier dkk. (2009) menyajikan bukti
untuk ini.
Namun, bahkan jika ada hubungan statistik antara pasang surut Bumi
dan aktivitas gempa bumi, itu tidak benar-benar membantu dalam hal
prediksi gempa, karena kita tidak memiliki cara untuk mengukur besaran
gaya pada zona patahan.
Pada saat terjadinya supermoon, tarikan gravitasi bulan pada bulan
perigeepun tidak cukup memiliki perbedaan gaya tarik yang besar
dibandingkan dengan waktu lain secara signifikan, sehingga tidak mampu
mengubah ketinggian pasang surut yang memicu gempa bumi.
Secara ilmiah hanya diketahui hubungan
korelasionalnya seperti diatas ini, artinya memang banyak kejadian gempa
yang bersamaan dengan pasut. Tetapi tidak setiap pasut terjadi gempa.
Gejala ini tidak dapat dipakai sebagai metode untuk meramalkan. Hanya
untuk kewaspadaan.
Mirip seperti longsoran terjadi bila musim hujan, ini benar kan ?
Tetapi apakah setiap hujan menyebabkan longsor ? Tentu tidak dan hingga
kinipun hujan tetap tidak dipakai sebagai pertanda atau ramalan bakalan
longsor. Hanya meningkatkan kewaspadaan saja.
Demikian juga gerhana yang terjadi pada saat pasut optimum, tidak dapat dipakai sebagai ramalan gempa.
Posted by Dongeng Geology
Masih penasaran ?
Coba baca-baca tulisan dan paper ilmiahnya disini :
- Cochran et al. 2004. Earth Tides Can Trigger Shallow Thrust Fault Earthquakes, Science, 306, 5699, 1164–1166.
- Kasahara. 2002. Tides, Earthquakes, and Volcanoes, Science 297, 348
- Kennedy et al. 2004. Earthquakes and the Moon: Syzygy Predictions Fail the Test, Seismological Research Letters, 75, 5
- Metivier et al. 2009. Evidence of earthquake triggering by the solid earth tides, Earth and Planetary Science Letters 278 (2009) 370–375
- Tanaka. 2010. Tidal triggering of earthquakes precursory to the recent Sumatra megathrust earthquakes of 26 December 2004 (Mw 9.0), 28 March 2005 (Mw 8.6), and 12 September 2007 (Mw 8.5), Geophysical Research Letters, 37, L02301
Tidak ada komentar:
Posting Komentar