Buku karangan R.A. Kartini
"Habis Gelap terbitlah terang"
Diterbitkan oleh Balai Pustaka Djakarta th.1962
Tebal 234 halaman
Kondisi: bagus, halaman lengkap, jilid utuh dan ketat / kuat.
Buku Kartini jadul adalah buku yang cukup langka.
Diterbitkan oleh Balai Pustaka Djakarta th.1962
Tebal 234 halaman
Kondisi: bagus, halaman lengkap, jilid utuh dan ketat / kuat.
Buku Kartini jadul adalah buku yang cukup langka.
Raden Ajeng Kartini
Door Duisternis tot Licht, Habis
Gelap Terbitlah Terang, itulah judul buku dari kumpulan surat-surat Raden Ajeng
Kartini yang terkenal. Surat-surat yang dituliskan kepada sahabat-sahabatnya di
negeri Belanda itu kemudian menjadi bukti betapa besarnya keinginan dari
seorang Kartini untuk melepaskan kaumnya dari diskriminasi yang sudah membudaya
pada zamannya.
Di era Kartini, akhir abad 19 sampai
awal abad 20, wanita-wanita negeri ini belum memperoleh kebebasan dalam
berbagai hal. Mereka belum diijinkan untuk memperoleh pendidikan yang tinggi
seperti pria bahkan belum diijinkan menentukan jodoh/suami sendiri, dan lain
sebagainya.
Kartini yang merasa tidak bebas
menentukan pilihan bahkan merasa tidak mempunyai pilihan sama sekali karena
dilahirkan sebagai seorang wanita, juga selalu diperlakukan beda dengan saudara
maupun teman-temannya yang pria, serta perasaan iri dengan kebebasan
wanita-wanita Belanda, akhirnya menumbuhkan keinginan dan tekad di hatinya
untuk mengubah kebiasan kurang baik itu.
Pada saat itu, Raden Ajeng Kartini
yang lahir di Jepara, Jawa Tengah pada tanggal 21 April 1879, ini sebenarnya
sangat menginginkan bisa memperoleh pendidikan yang lebih tinggi, namun
sebagaimana kebiasaan saat itu dia pun tidak diizinkan oleh orang tuanya.
Dia hanya sempat memperoleh
pendidikan sampai E.L.S. (Europese Lagere School) atau tingkat sekolah dasar.
Setamat E.L.S, Kartini pun dipingit sebagaimana kebiasaan atau adat-istiadat
yang berlaku di tempat kelahirannya dimana setelah seorang wanita menamatkan
sekolah di tingkat sekolah dasar, gadis tersebut harus menjalani masa pingitan
sampai tiba saatnya untuk menikah.
Merasakan hambatan demikian, Kartini
remaja yang banyak bergaul dengan orang-orang terpelajar serta gemar membaca
buku khususnya buku-buku mengenai kemajuan wanita seperti karya-karya Multatuli
"Max Havelaar" dan karya tokoh-tokoh pejuang wanita di Eropa, mulai
menyadari betapa tertinggalnya wanita sebangsanya bila dibandingkan dengan
wanita bangsa lain terutama wanita Eropa.
Dia merasakan sendiri
bagaimana ia hanya diperbolehkan sekolah sampai tingkat sekolah dasar saja
padahal dirinya adalah anak seorang Bupati. Hatinya merasa sedih melihat
kaumnya dari anak keluarga biasa yang tidak pernah disekolahkan sama sekali.
Sejak saat itu, dia pun berkeinginan
dan bertekad untuk memajukan wanita bangsanya, Indonesia. Dan langkah untuk
memajukan itu menurutnya bisa dicapai melalui pendidikan. Untuk merealisasikan
cita-citanya itu, dia mengawalinya dengan mendirikan sekolah untuk anak gadis
di daerah kelahirannya, Jepara. Di sekolah tersebut diajarkan pelajaran
menjahit, menyulam, memasak, dan sebagainya. Semuanya itu diberikannya tanpa
memungut bayaran alias cuma-cuma.
Bahkan demi cita-cita mulianya itu,
dia sendiri berencana mengikuti Sekolah Guru di Negeri Belanda dengan maksud
agar dirinya bisa menjadi seorang pendidik yang lebih baik. Beasiswa dari
Pemerintah Belanda pun telah berhasil diperolehnya, namun keinginan tersebut
kembali tidak tercapai karena larangan orangtuanya. Guna mencegah kepergiannya
tersebut, orangtuanya pun memaksanya menikah pada saat itu dengan Raden Adipati
Joyodiningrat, seorang Bupati di Rembang.
Berbagai rintangan tidak menyurutkan
semangatnya, bahkan pernikahan sekalipun. Setelah menikah, dia masih mendirikan
sekolah di Rembang di samping sekolah di Jepara yang sudah didirikannya sebelum
menikah. Apa yang dilakukannya dengan sekolah itu kemudian diikuti oleh
wanita-wanita lainnya dengan mendirikan ‘Sekolah Kartini’ di tempat
masing-masing seperti di Semarang, Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, dan
Cirebon.
Setelah meninggalnya Kartini,
surat-surat tersebut kemudian dikumpulkan dan diterbitkan menjadi sebuah buku
yang dalam bahasa Belanda berjudul Door Duisternis tot Licht (Habis Gelap
Terbitlah Terang). Apa yang terdapat dalam buku itu sangat berpengaruh besar
dalam mendorong kemajuan wanita Indonesia karena isi tulisan tersebut telah
menjadi sumber motivasi perjuangan bagi kaum wanita Indonesia di kemudian hari.
Apa yang sudah dilakukan RA Kartini
sangatlah besar pengaruhnya kepada kebangkitan bangsa ini. Mungkin akan lebih
besar dan lebih banyak lagi yang akan dilakukannya seandainya Allah memberikan
usia yang panjang kepadanya. Namun Allah menghendaki lain, ia meninggal dunia
di usia muda, usia 25 tahun, yakni pada tanggal 17 September 1904, ketika
melahirkan putra pertamanya.
Mengingat besarnya jasa Kartini pada
bangsa ini maka atas nama negara, pemerintahan Presiden Soekarno, Presiden
Pertama Republik Indonesia mengeluarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia
No.108 Tahun 1964, tanggal 2 Mei 1964 yang menetapkan Kartini sebagai Pahlawan
Kemerdekaan Nasional sekaligus menetapkan hari lahir Kartini, tanggal 21 April,
untuk diperingati setiap tahun sebagai hari besar yang kemudian dikenal sebagai
Hari Kartini.
dari: http//www.tokohindonesia.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar